Tuesday, February 27, 2018

[Cerpen] Cerita Seorang Pekerja

DIPERKOSA WAKTU


Matahari mulai menampakkan dirinya meskipun teh belum tertuang di gelas yang berada diatas meja. Seakan memaksa para pekerja memerangi jalanan lebih pagi di hari ini. Tertata rapi sudah sepasang pakaian kerja diatas lantai Rusun yang telah disiapkan semalam oleh ibu dengan hati yang penuh dengan kasih sayang, sebelum ia harus pulang dari Rusunku. Melangkah malas untuk mengambil handuk dijemuran yang ala kadarnya lalu pergi ke kamar mandi, hampir setiap pagi seperti ini.
Setelah merapikan diri, mulailah menyalakan kompor untuk menyiapkan segalanya dan berharap agar sarapan berjalan seperti orang pada umumnya. Teh sudah dituangkan, gula yang hanya tinggal beberapa sendok pun sudah kumasukan kedalam gelas dan bercampur dengan teh. Tapi keinginanku untuk sama seperti orang lain segera hancur ketika aku melihat Magic Jar milikku kosong tak ada sebutir pun nasi. Menjalani hari-hari tanpa nasi memang menjengkelkan.
Setiap pagi seperti ini keada’annya, sampai tega menyemangati diriku sendiri “Semangat kerja, semoga ini adalah hariku” itulah yang kulakukan, miris memang tak memiliki pasangan. Setelah mengunci pintu Rusun pun aku masih harus menghadapi kesulitan, menuruni puluhan anak tangga dari lantai 3 menuju lantai dasar, dan itu pula salah satu alasan mengapa orang tuaku  jarang sekali datang ke Rusunku selain karena memang jauh.

Mulailah waktu dimana setiap pekerja merasa jengkel dengan keada’an seperti ini, Macet. Motor-motor berdesakan mencari jalan pintas agar semakin cepat menuju kantornya, sampai merelakan nyawa kebut-kebutan dijalanan yang macet. Klakson dan ocehan dari arah yang tak terduga selalu bergandengan.
“Tiiin..Tiiit Maju Woi.”
Orang bodoh mana lagi tuhan yang seperti ini, semua orang disana tau bahwa ini sedang macet, definisi anda klakson itu apa? menyuruh pengendara depan anda maju sedangkan didepannya juga terkena macet. Seperti menyuruh kucing menggonggong, tak akan bisa. Hanya bergumam yang bisa kulakukan disa’at-sa’at seperti ini.
Bertarung dengan debu-debu dan asap kendara’an yang hitam, asap itu seraya berkata.
“Berani kotor itu baik, sini nak sini..”
Akupun merasa semakin hari semakin liar jalanan kota ini, hanya untuk menuju ke tempat kerja pun harus merasakan hal seperti ini, memerangi waktu, bertarung dengan jalanan yang liar dan dipaksa menerima ocehan sampah dari orang-orang yang tak sabar dijalanan. Hidup memang kejam.
Sesampainya dikantor, aku melepaskan jaket yang lusuh dan helm motorku yang penuh debu dengan rasa khawatir bahwa hari ini aku akan terlambat. Masuklah aku ke kantor dengan penuh sapa’an dari rekan-rekan kerja sembari melihat jam, sudah kuduga aku terlambat hari ini.
“Terlambatnya keren bung, jamberapa nih.” kata rekan kerjaku sambil tertawa kecil.
“Hidup ini susah bung, kita seperti diperkosa waktu tapi keada’an nggak mendukung.”
Jawabku sambil bercanda.
Nasip pekerja memang tragis, terlambat beberapa menit pun potong gaji, apalagi aku yang terlambat hampir setengah jam ini.
Tanpa memperdulikan dan menyesali keterlambatanku, aku langsung menghidupkan komputer di tempat kerjaku dan langsung menyelesaikan tugas yang kemaren belum terselesaikan olehku. Dengan meneruskan tugasku yang kemaren aku bergumam.
“Bayaran kecil, datang harus tepat waktu, tugas numpuk, deadline seminggu lagi. Ah, dunia memang kejam bagi orang-orang yang tak punya gelar sarjana”
Sedikit demi sedikit kukerjakan tugas yang menurutku tak akan bisa selesai dalam waktu seminggu ini. Tiba-tiba terdengar suara jejak melangkah kedalam ruanganku.
“Selamat pagi pak.” tanya rekan kerjaku.
“iya, pagi.”
 “Bagaimana? Sudah sampai mana pekerja’annya.” tanya bos padaku.
“Ini sudah tahap mengaplikasikan desainnya saja pak.”
“Dari kemaren masih di tahap itu saja, ayo kamu harus berkembang lebih cepat lagi kalau bekerja, jangan lelet.”
“Tapi mendesain ini memang tak mudah pak, jadi saya butuh waktu agar hasil jadi lebih baik, dan juga agar usaha ini bisa dikenal dengan hasil yang bagus dan memuaskan”
“ Iya saya tau, tapi kamu harus bisa bekerja lebih cepat. Kalau kamu kerja separuh-separuh sambil main gedget kapan selesainya. Desain seperti itu juga kan mudah, harusnya kamu bisa lebih cepat.”
“Baik pak, saya bakal bekerja dengan cepat untuk mengaplikasikannya.” Ungkapku, karena aku sadar, sepandai-pandainya karyawan berbicara, akan tetap kalah dengan atasan.
Disini kadang aku merasa seorang desainer benar-benar tidak dihargai. Gaji tidak standart UMR, tugas tak sewajarnya, minta cepat dalam pengerja’an. Belum lagi menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai di tempat kerja, menghadapi macet setiap harinya, Menerima ocehan para pengendara lain, menerima kotoran kendara’an  dan masih banyak pengorbanan yang aku lakukan hanya demi beberapa lembar rupiah saja. Atau memang ini adalah ujian bagi orang yang berusaha aku pun tak begitu faham dengan maksut dan rencana tuhan ini, yang pasti aku ingin pekerja terutama Desainer dihargai dan diperlakukan sepantasnya dengan apa yang mereka berikan pada kantornya.
Waktu pulang sudah tiba, aku segera ceklok lalu pergi meninggalkan kantor. Suasana tak ada yang berbeda dengan sa’at aku berangkat ke kantor, hanya tak ada cahaya matahari yang menyinari saja bedanya. Dengan macetnya, ocehan sampah, dan asap kendara’an pun tetap seperti apa yang aku alami pagi tadi. Inilah hidup seorang karyawan yang diperkosa keada’an, ingin resign tapi masih ada tanggungan, ingin melawan tapi takut dikeluarkan. Sabar.

Sesampainya dirumah, cahaya matahari sudah benar-benar hilang. Aku melangkah menaiki puluhan anak tangga sampai kelantai 3, membuka pintu kamar dan melihat tempat yang berantakan. Menjengkelkan, tanpa perlu ku rapikan tempatku aku pergi kekamar untuk rehat sejenak sebelum mandi, dan berfikir jika segelas kopi dapat menenangkan hari ini. Ya, seperti itulah kehidupanku sehari-hari. Membosankan.

Pentingnya Membaca Untuk Mengetahui Sesuatu


Melihat perkembangan membaca di era ini sangatlah tragis, karena sedikitnya peminat pembaca. Padahal banyak yang dapat kita pahami dari membaca, seperti contoh ketika suatu bangsa mengumumkan sejarah bangsanya namun banyak sekali keraguan ketika menerima informasinya, lalu kemana seseorang mendapat informasi dan referensi untuk mengetahui sejarahnya? ya, salah satunya dengan membaca. Kita dapat membaca buku dari berbagai penulis di dunia mengenai sejarah suatu bangsa, dan menyamakan suatu cerita dari masyararaka yang beredar dengan buku yang sedang kalian baca. Ketika kalian tak yakin dengan buku dari penulis yang kalian baca setelah mengeetahui track record penulis yang buruk, kalian bisa mencari buku yang sama atau hampir mirip lalu melihat penulis/pengarangnya yang memiliki track record baik dalam menulis. Seperti misal saya dalam membaca, saya lebih yakin ketika membaca buku dari A dari pada dari B, padahal tulisannya sama-sama membahas tentang Agama, tapi ketika melihat penulisnya berbeda saya memilih penulis yang terkenal dan dapat dipercaya ilmunya, agar tak semakin tersesat dalam mengetahui ilmu.

APA PENTINGNYA MEMBACA?

Tak perlu penjelasan yang berbelit tentang pertanya'an seperti ini, apa pentingnya membaca jelas untuk mencari ilmu karena semua orang tau bahwa ilmu adalah tiang manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari, tanpa ilmu mungkin banyak orang yang semakin salah mengartikan hidup ini. Ketika kamu memiliki ilmu tentang sesuatu kamu tak akan pernah takut akan sesuatu, misal ketika kamu mencoba bercerita pada seseorang mengenai sejarah bangsa ini, namun lawan bicaramu memilik pendapat yang berbeda tanpa memiliki sumber yang jelas, sedangkan kamu membantah lawan bicaramu dengan penjelasan yang lebih masuk akal dan memiliki sumber dari buku yang pernah kamu baca, nah dengan menjelaskan dengan sumber dari buku yang jelas mungkin dapat membuat lawan bicara menjadi tau tentang suatu sejarah yang jelas. Intinya kamu bisa lebih berani memberi pendapat kepada seseorang siapapun itu denga memberi sumber dari buku untuk memperjelas pendapat kamu.

Dengan membaca kamu akan mendapatkan ilmu pengetahuan, dan ketika kamu mempunyai ilmu, kamu akan dimuliakan dan dihormati orang-orang. Tuhan pun menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu dan beriman. Jadi kesimpualnnya, membaca adalah hal sangat dibutuhkan oleh seseorang dalam menjalani hidup bermasyarakat dan mengangkat derajat kalian dimata tuhan, sekaligus pandangan baik, lebih tepatnya dihargai & dihormati orang.

Baca Juga : Buku-Buku Karya Ali Audah [Sastrawan sekaligus Penulis]


SARANA UNTUK MEMBACA

Berbicara tentang sarana untuk membaca, banyak sekali. Tak harus tentang buku, kamu bisa mendapat ilmu dari membaca di Koran, Artikel di internet dan masih banyak lagi sarana yang bisa kita jumpai di era ini. Dengan kemajuan teknologi yang semaju ini jika tak dimanfa'atkan untuk mencari ilmu sangat rugi, bahkan kita bisa mendapat ilmu dengan gratis di internet tanpa perlu membeli buku, hanya butuh koneksi internet yang sekarang bisa kita dapatkan dimana saja.

Jika dengan membaca buku kita harus menyaring penulis/pengarangnya, sama halnya dengan membaca artikel di internet yang dimana saat ini tak sedikit media yang memberi informasi yang salah atau biasa disebut HOAX. Lalu bagaimana kita mencari penulis yang baik di internet? Salah satu cara adalah dengan melihat berapa kunjungan yang telah masuk di blognya (biasanya ada staatistik pengunjung disetiap blog) jika pengunjung blognya sangat banyak langkah selanjutnya baca beberapa artikelnya, dalam proses ini kalian yang menentukan apakah tulisan seseorang tersebut nyaman untuk dibaca atau tidak, jika tidak nyaman cari lagi artikel dengan penulis yang baik. Jika sudah menemukan penulis dengan penjelasan perkaranya sangatlah baik dan rasional, yap maka follow blog/website orang tersebut agar menerima update an terbaru dari tulisannya.

Yang terpenting tetap membandingkan tulisan dari siapapun dengan keada'an apakah rasional karena membandingkan setiap karya tulisan juga sangat penting untuk mengetahui ilmu yang benar. Semakin banyak membaca semakin banyak ilmu.


Jika merasa tulisan ini bagus silahkan share, jika ada yang kurang beri komentar yang untuk semakin memajukan blog ini. Terima Kasih.

Monday, February 26, 2018

Menerapkan Nilai-Nilai luhur Untuk Melanjutkan Ekstensi Masyarakat Yang Religius dan Berbudi Pekerti

Tuhan menciptakan telinga, mata dan hati agar digunakan untuk menuntut ilmu pengetahuan, untuk mencerdaskan bangsa, meningkatkan amal-amal baik pada masyarakat dan meninggikan tuhan. Sehingga apa yang kita perbuat dapat dipertanggung jawabkan di sisi tuhan yang esa dan dapat diwariskan pada generasi selanjutnya, agar bisa menerapkan nilai-nilai luhur untuk melanjutkan ekstensi masyarakat yang religius dan berbudi pekerti.
Ekstensi masyarakat yang religius dan berbudi pekerti, dapat dipertahankan jika generasi selanjutnya memiliki ilmu pengetahuan yang dipraktekannya langsung kepada masyarakat sekitar. Tapi kenapa harus ada kata "semua masyarakat mendapat hak yang sama untuk memperoleh pendidikan" sedangkan masih banyak masyarakat kesusahan untuk mendapatkan hak-haknya yaitu mendapat pengetahuan ditempat yang biasa kita sebut sekolah? tak mampu membeli buku untuk membaca? dan masih banyak yang lainnya. Bagaimana bisa generasi ini meneruskan ekstensi masyarakat yang religius dan berbudi pekerti jika akses untuk mendapat pengetahuan pun mereka tak mendapatkannya.

Percayalah, Tuhan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. Semua insan bila ingin memiliki perilaku baik dan terhormat harus memiliki ilmu, jangankan dimata manusia, dimata tuhan pun setiap insan juga harus mempunyai ilmu yang diamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena ilmu adalah pondasi dunia setiap manusia, seperti diibaratkan bangunan tak berpondasi, sudah pasti akan hancur setinggi dan semewah apapun bangunan itu. Dan manusia tanpa ilmu, tak akan membawanya kepada kemakmuran dan kemajuan dalam kehidupan bermasyarakat maupun dirinya sendiri.

Dan jangan hanya protes karena pendidikan yang tak adil dikalangan masyarakat saja yang kita lakukan, setiap protes ataupun kritik selalu ada solusi didalamnya. Seperti apa solusinya? membantu masyarakat untuk mendapatkan tempat dan ilmu yang layak, membantu mengajarkan hal-hal yang baik tentunya dan juga mengawasi perkembangan anak-anak dalam memilih pergaulan. Jika hanya protes dan kritik saja, lalu apa yang sudah kita lakukan untuk melanjutkan eksistensi masyarakat yang religius dan berbudi pekerti?

Saturday, February 24, 2018

Pejuang Subuh [Kehidupan Nocturnal] | PENELISIK MALAM - Salman Faridzi


PENELISIK MALAM
Bercanda dan menelisik malam, mendominasi dan menjelajah malam, bergumam dan menaklukkan malam. Pejuang subuh yang berkawan dengan malam, setiap waktunya yang dipersiapkan hanya untuk malam hari, membuatnya merasa bersalah akan dirinya sendiri. Tapi rasa salah pudar ketika ia telah menjelajahi malam tanpa berfikir esok hari. Merasa bangga dan kuat malam ini seperti kelelawar yang sedang menemukan jati diri. Pejuang subuh selalu berfikir bahwa hari yang dijalani adalah kuasa tuhan, namun ia tak berfikir bahwa tuhan tak menyukai orang yang bahkan waktu pun diremehkan.

Tak seperti mereka, Manusia pada umumnya melawan pagi, mereka menyerah pada pagi. Manusia pada umumnya menyatakan perang dengan pekerja'annya, mereka berdamai pada itu semua. Seperti kata patrick stars "ini adalah hari kebalikan" bagi mereka sang Pejuang Subuh. Disaat semua terbangun ia tertidur, disaat semua tertidur ia malah terbangun. Aneh melihat kebiasa'an seperti ini bagi manusia pada umumnya, namun tak aneh bagi mereka. Mereka beranggapan bahwa dunia tak adil dengan ideologinya, tapi mereka tak sadar bahwa dunia tak membutuhkan ideologi seperti itu.


Dalam hati kecil mereka, berkata "Aku akan sudahi semua ini", tapi tak ada praktek yang dilakukan. Seperti itu setiap pagi datang menjelang ia tidur. Seperti menanam biji pohon, tapi lupa menyiram dan memupukinya. Seperti hanya omong kosong yang selalu terucap dipagi hari menjelang ia tidur. Dengan bakat yang ia miliki, seharusnya banyak pekerja'an yang seharusnya ia tempati diperusaha'an ternama. Tapi ia memilih untuk " freelance" karena kendala waktu yang terbalik atau bisa disebut Nocturnal. Secara bakat yang dimilikinya, ia sangat mumpuni. Tapi kemampuan mengatur waktu yang buruk membuatnya tak bernilai dimata orang. Hanya berkata kasar dan sesal yang bisa ia lontarkan pada dirinya sendiri mengapa begini, tapi seperti biasanya, tak ada praktek yang ia lakukan disetiap hari dengan sesalnya.

"Aku tak bisa menjalani kehidupan seperti ini lebih lama lagi" seperti itu gumamnya disuatu hari. Tapi kali ini berbeda, ia perlahan mempraktekkan perkata'an itu dengan mencoba tidur normal meskipun sangat jarang ia lakukan karena belum terbiasa. Mencoba bangun pagi, meskipun pagi yang ia maksut mungkin tak seperti pagi orang pada umumnya, setidaknya ia mencoba. Karena sang Pejuang Subuh sadar, bahwa harus ada yang dikorbankan untuk menggapai sesuatu yang di inginkan.
Meskipun banyak pengorbanan yang ia jalani, sampai sa'at ini ia belum menemukan kehidupan normal seperti orang pada umumnya. Dan setiap pagi pun ia berjanji pada dirinya "aku harus mencoba, berkorban untuk masa depan gemilang yang menungguku". Seperti itu seterusnya setiap hari yang ia lakukan. Tapi setidaknya ada keinginan untuk menemui perubahan, dengan mengorbankan sebuah kebiasa'an.

[Harus ada yang dikorbankan untuk menggapai apa yang di inginkan]

Thursday, February 22, 2018

Hati-Hati Melukai Hati [Baca'an Senja] - Salman Faridzi


BERAPA HATI YANG SUDAH KITA SAKITI

 Sudah berapa hati yang disakiti lisan, tangan dan perbuatan. Kita tak sadar, karena sejatinya semua  memaksa apa yang diinginkan. Berapa hati yang terluka hanya karena satu kalimat yang berantakan? yang merusak jalan insan menuju kebahagia'an, dengan cara yang dia anggap instan. Dan berapa hati yang terluka karena sentuhan berlebihan? menganggap semua berjalan seperti apa yang kita inginkan, dan merasa tak bersalah seakan sudah biasa dan tak perlu dendam. Setiap sentuhan, gerakan dan ucapan harus terjaga agar tak menyakiti hati banyak orang, terutama orang-orang yang kita tuakan. Tak perlu terlalu sopan, hanya saja kita harus elegan. Seperti apa?, melakukannya dengan akal yang "bersifat keseluruhan". Bersifat keseluruhan berarti menggunakan akal yang sebisa mungkin diterima oleh banyak orang. Bukan keinginan individu dan merasa sudah sewajarnya berkelakuan sembarangan.


Jika bersikeras membela diri, sudah tentu kita pemenang. Tapi, bukan perkara menang dan kalah, namun menghargai ego setiap orang, bagaimana agar ego ini serasi atau sedikit berbeda namun satu arah. Seperti aliran air sungai yang berbeda tempat namun serasi menuju ke satu arah, yaitu muara. Memang berat hidup berdampingan dengan manusia penuh sandiwara dan dusta, namun mencoba bersikap elegan adalah satu langkah yang dapat membuat langkah-langkah baru dalam usaha "memperbaiki" kedepannya. Berhenti menyikapi hal-hal yang seharusnya tak perlu disikapi secara berlebihan,  seperti perbeda'an pendapat. Selama yang dicetuskan tak melawati batas wajar dan tak melukai diri sendiri kenapa tak kita biarkan seseorang menikmati jalan imajinasinya?. Kadang memang semua tak sesuai seperti apa yang kita harapkan, namun mencoba melihat diri sendiri terkadang teramat sangat penting.

Kita harus memulai pada diri kita sendiri bagaimana seharusnya kita hidup berdampingan. Jika memang salah, berbenah dan perbaiki. Jika merasa benar, mungkin sedikit teguran dan pergi melupakan. Tak usah mempermasalakan, cukup berkaca dan memperbaiki. Memang orang bersalah harus disalahkan, namun tak berarti menghujat dan semakin mencari kesalahan. Dan tak kita sadari bahwa kita telah menyakiti hati, meskipun yang kita sakiti adalah orang yang bersalah. Kita memiliki Tuhan yang tau seperti apa hukuman untuk orang bersalah, kita memiliki pihak berwenang untuk mengurus orang-orang yang bersalah. Cukup "menyalahkan" lalu sudahi. Menyalahkan dalam artian mengakui bahwa apa yang telah diperbuat adalah perilaku yang salah. Tinggal bagaimana kita memperbaiki diri agar tak mengalami kejadian yang sama.

Tulisan ini saya tulisan berdasarkan apa yang ada dalam fikiran saya, namun jika berbeda pendapat mohon dimengerti. Karena perbeda'an pendapat pastilah terjadi di setiap pemikiran manusia. Saya berharap kalian yang membaca mengerti, bahwa jalan tulisan ini mengarah pada keharmonisan dalam menjalani hidup sosial.